Efisiensi Keuangan Keluarga ; Antara Mesin Cuci dan Laundry

Kami memilki problem saat melakukan efisiensi keuangan keluarga, salah satu lubang kebocoran ada pada keputusan meninggalkan mesin cuci dan memakai jasa laundry. Hitung punya hitung (dan ini baru aku sadari setelah melihat karyawan jasa laundry yang sering datang kerumah penuh semangat) biaya yang dikeluarkan untuk melaundry pakaian bisa mencapai 500 rb perbulan ! bahkan kalo musim pipis di celana tiba, biaya laundry lebih besar lagi. Tentu saja, ini bukan bagian dari efisiensi keuangan keluarga namanya !. Dan kami harus segera memutuskan antara Mesin Cuci dan Laundry, mo pilih yang mana ?



Sebenarnya, ini semua bermula ketika mesin cuci 1 tabung yang ada dirumah, ngadat. Heran juga kalo mesin cuci rentan kerusakan. Manja banget. Masa salah pencet tombol aja langsung rusak. Tidit…rusak, tidit…rusak. Lebih ekstrim lagi, pakaian gak boleh lebih dari kapasitasnya walopun cuma lebih 1 kilo pasti si mesin cuci langsung ngambek. Padahal, kami membelinya dengan harga yang cukup mahal. Pola pikir kami sih, kalo beli yang mahal pasti bermutu, awet dan tahan lama. Ternyata, meleset.

‘Jangan pilih yang itu la, yang itu gak bisa mutel kenceng, gak bisa keling sendili, gak bisa nyetrika sendili, pokoknya gak bisa bagus lah’ bujuk kokoh pemilik took elektronik

‘Oo gitu ya. Jadi, kalo yang ini bisa apa aja koh ?

‘Banyak lah…’

'Bisa ngutang juga dong koh ?

‘Kalo itu sih kagak bisa……GAK BISAAAAAAAA !!!!


Kerusakan yang terjadi sudah pernah diperbaiki juga sih. Lagi-lagi ini bikin aku mengernyitkan dahi, biaya perbaikannya bisa mencapai 900 ribu, wushhh. Dan yang bikin kesal, gak lama mesin cuci itu rusak lagi. Ternyata, kata yang tukang serpis tuh mesin cuci digital kalo udah pernah sekali rusak maka dia akan sering-sering rusak. Yah, kenapa gak bilang waktu pertama kali, jadikan gak perlu di serpis !. Untuk kali ketiga mesin cuci rusak dan diperbaiki tapi tetap rusak juga, aku memutuskan menyingkirkan mesin cuci itu selamanya. Bye..bye mesin cuci digital !


Aku kemudian berdiskusi dengan istri. Mau nerusin make jasa laundry, pasti bakal berat di ongkos mengingat jumlah pakaian yang harus dicuci setiap minggunya. Malah muncul ide mau buka usaha laundry sendiri kalo ngeliat banyaknya pakaian yang bakal dicuci menjasikan kami konsumen potensial untuk usaha laundry kami sendiri nantinya, geblek.
Mau mencuci pakai tangan kaya nya gak mampu, walopun di iklan tipi katanya udah ada penemuan untuk bisa nyuci pake satu tangan. Phisik udah gak kuat, nyuci jadi gak enteng.

Pikir punya pikir maka diputuskan untuk membeli mesin cuci lagi. Kali ini, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi
Mesin cuci harus yang gampang dioperasionalkan dan gak ribet dengan tombol digital.
Harga yang dikeluarkan harus sesuai kantong.
Mesti jelas siapa yang mengoperasionalkannya.

Taddaa..kini kamipun sudah punya mesin cuci yang baru. Mesin cuci dua tabung dengan harga murah dan terjangkau. Meski saat ditoko ditawari alternative warna yang lain, kali ini kami keukeh memilih warna putih aja karena ternyata yang warna biru ato warna lainnya di hargai lebih mahal untuk produk yang sama. Yang penting fungsinya bukan warnanya dan bukan pula banyak tombolnya.



Dan sesuai kesepakatan, aku kini punya kesibukan baru, setiap sabtu-minggu di jam tertentu dengan ditemani dua jagoan kecilku aku mencuci pakaian dengan gesitnya. Sambil tetap waspada melihat dua jagoan kecilku yang saling berebutan memasukkan tangannya di tabung yang berputar.

0 Responses to “Efisiensi Keuangan Keluarga ; Antara Mesin Cuci dan Laundry”

Posting Komentar

Sign up for PayPal and start accepting credit card payments instantly.
All Rights Reserved blog arsitek | Blogger Template by Bloggermint