Keinginan
Do you like this story?
Menginginkan sesuatu itu kadang berasa seperti pintu yang didobrak oleh mereka yang panik dan berebutan ingin keluar dari jebakan kebakaran. Nah, kalo semuanya keluar dengan selamat akan melegakan sekali tapi kalau tidak maka siap siap saja yang tertinggal akan mati dan menghantui fikiran sampai beberapa lama. Dan fikiran yang terlanjur terhantui akan membuat personality kita simpang siur.
Anakku yang melihat penjual balon lewat didepannya spontan bereaksi. Ini bisa kukatakan sebagai spontanitas atas hasrat yang muncul tiba tiba karna sebelumnya ia hanya anak kecil yang sedang duduk manis dikursi. Dia langsung menunjukkan reaksi meminta, memanipulasi hingga menjadi sosok yang beringas. Teriakan tukang balon sudah membangunkan macan tidur. Sel sel di otaknya terlanjur memberikan visual tentang kebahagiaan yang akan tercapai jika keinginan tersebut terpenuhi, meski semu.
Mungkin saja antara anakku dan penjual balon akan tercapai kesepakatan soal rasa bahagia mereka masing-masing kalau saja mereka sedang memainkan dramanya sendiri atau paling tidak kehadiran orang lainpun untuk mensukseskan drama tersebut.Tapi kalau kehadiran orang ketiga dengan keinginan yang bertolak belakang, bisa bikin runyam. Akan terjadi keinginan yang saling berbenturan.
'Pursuit of Happiness', gak ada seorangpun yang tahu dengan pasti kapan keinginan itu muncul dan kapan keinginan itu memberikan kebahagiaan. Yang mereka tahu selalu saja ada gumpalan libido yang bisa ditembakkan keluar dari dalam tubuh melalui mekanisme produksi yang kadang sangat ringkas tapi bisa menghasilkan energi yang luar biasa untuk mengejar keinginan dan mendapatkan kebahagiaan tersebut. Kalau berbenturan, tinggal adu kuat dan adu kuasa.
Aku selalu menampakkan ketidaksenangan pada saat keinginan untuk istirahat siang yang sudah aku anggap menjadi kebutuhan dasar (menurut versi sendiri) tertindas oleh keinginan yang lainnya. Menunjukkan ketidaksenangan dalam bentuk emosi sebagai perilaku yang kuanggap wajar, sewajar ekspresi muka garang yang kuperlihatkan. Mirip kegarangan tokoh dalam filem Alien vs Predator.
Uniknya, kalu kita cermati sang Alien dan predator di filem itu dapat langsung merubah persepsi penonton tentang tokoh baik dan tokoh jahat diantara mereka. Kenyataannya semua tergantung golongan mana yang menjadi komunitas pengusungnya. Alur cerita yang selama ini dapat disebut sebagai pakem dasar bahwa alien atau predator sama sama tokoh jahat dapat langsung dibelokkan. Persepsi berubah total. Tampang sangar dan ekspresi penuh emosi dari para monster bukan lagi menggambarkan bahwa mereka jahat dan perusak. Tidak seperti sinetron indonesia, dimana karakter antagonis selalu digambaran dengan air muka masam, mata juling dan alis sedikit diangkat. Terlalu gampang ditebak. Tapi tetap saja tidak ada upaya merubah kebiasaan tidak lazim tersebut. Penonton Indonesia sudah terlanjur memberi applaus akan kehebatan aktor dan sutradara dalam memberikan hiburan ditengah himpitan dan hiruk pikuk situasi politik, sosial dan ekonomi yang tidak menguntungkan yang membebani fikiran mereka.
Makanya dalam dunia nyata, robot gedek bisa melaksanakan aksi aksi biadabnya dengan raut wajah biasa saja bahkan cenderung tanpa ekspresi berlebihan. Kegiatan kriminal ini tidak terdeteksi oleh orang orang disekelilingnya sampai pada malapetaka-malapetaka yang silih berganti datang menghampiri. Kita sudah terlalu terbiasa melihat tokoh yang dapat berbuat jahat adalah mereka yang bertampang jelek dan cenderung pamer emosi. Robot gedek harus diakui bukanlah aktor sinetron. Kalaupun mencoba ikut casting, pastinya dia tidak mendapat peran utama yang lebih sering diisi oleh mereka yang bertampang peranakan bule yang manis manis. Padahal, pembunuh berantai atau pelajar yang menembaki rekan rekannya di sekolah di Amerika Serikat juga bule bertampang manis.
PH kita terlalu takut kehilangan penontonnya yang kadung mencap kalo bule bule tidak cocok dengan peran sadis dan pembunuh berantai. Bisa bisa kalau melawan arus, rating akan anjlok dan iklan gak mau singgah. Ujung ujungnya, tidak munculnya sinetron di tv akan membuat masyarakat kita jadi tidak bahagia.

This post was written by: Juragan Pribumi
Juragan Pribumi is a blogger and Architect. Follow him on Twitter
1 Responses to “Keinginan”
14:07
Lha, jadi ngomongin sinetron Bang?
Hmm, bener tuh.
Tambahan:
Sinetron ituh selalu menekankan orang jahat sifatnya jahaaat aja.
Orang baik, baikkkk aja.
Padahal 'kan gak tuh.
Misalnya aku.
dari pandangan orangtua aku, aku orangnya cukup rajin, pinter, ramah, polos.
Pandangan temen aku:
Aku pinter, kadang lucu, gak pelit, tapi pemalas..
Pandangan sobat:
Pantesnya masuk RSJ aja.
Nah, sifat orang itu kan gak melulu baik. Ada baik-buruknya.
hal ini yang mendasari aku gak pernah dendam ama orang. Paling lama marahnya 2 hari.
~kecuali buat eksQa~
Posting Komentar